Minggu, 29 Maret 2009

Kongkow Tempo Gading

kongkow TEMPO GADING
Wushu Delapan Penjuru
Terpikat Jet Li.

Sejak kecil Carine ingin belajar wushu. Kata dia, dibandingkan dengan olahraga bela diri lainnya seperti aikido, karate, dan taekwondo, wushu lebih memikat. Apalagi ia sering melihat aktor kesayangannya, Jet Li, yang memang atlet wushu, berakting di layar lebar. Niatnya baru kesampaian tahun lalu ketika ia kuliah di Institut Bisnis dan Informatika Indonesia (IBII). Warga Kelapa Gading Nias ini bergabung dengan Wushu Delapan Penjuru.

Menurut dara 19 tahun ini, semula orang tuanya tak mengizinkan niatnya itu. “Mereka mengira gerakan wushu itu berbahaya,” kata dia, di kampus IBII, beberapa waktu lalu. Jalan tengah diambil, ia hanya dibolehkan melakukan gerakan yang dianggap tidak berbahaya. “Aku memilih mempelajari taichi, bagian dari gerakan wushu yang diajarkan.”

Carine merasakan manfaatnya. Badannya jauh lebih enteng sekaligus lebih tegap. “Nggak latihan dua minggu saja, badan terasa banget. Jalan seperti membungkuk,” ujar dia.

Lain halnya Karina, 18 tahun. Warga Pegangsaan Dua, Kelapa Gading, ini ingin berlatih wushu karena melihat kakaknya latihan. Sejak empat bulan yang lalu mahasiswi IBII ini ikut juga bergabung. Menurut dia, wushu membuatnya mengubah kebiasaan buruknya. “Kalau dulu aku tak terbiasa bangun pagi, kini jadi rajin,” kata Karina.

Perkumpulan Wushu IBII yang dinamakan Wushu Delapan Penjuru didirikan pada 2000. Sugiarto, orang yang mempopulerkan wushu di IBII, telah mengantongi banyak keahlian bela diri. Antara lain, wushu; Tai Chi Chuan aliran Wu, Yang, Chen, dan Tai Chi Chuan 42; Pakua Cang, Hsing I Chuan; Shaolin Hung Mei Pai; Suai Chiao; taekwondo; aikido; serta silat Merpati Putih, Perisai Diri, dan silat Minang. Ia juga telah menerbitkan beberapa buku yang berhubungan dengan bela diri.

Menurut Ketua Perkumpulan Delapan Penjuru Budisantoso Tanoto, wushu memang melatih kelenturan, kekuatan, stamina, dan mental individu. “Mereka yang berlatih wushu dibimbing dengan gerakan yang sesuai karakter tubuh dan jiwanya,” ujarnya. Ini berarti gerakan tiap orang tidak bisa diseragamkan. IRVAN SJAFARI